Sabtu, 22 Juni 2013

BERTAWASSUL, SIAPA TAKUT…??!!



Oleh: Abu Bakar Juri, Lc.

A.   PROLOG
Ciptaan Allah SWT yang begitu indah membuat manusia begitu tercengang. Langit yang biru menjulang tinggi tanpa pilar, yang dihiasi dengan gemerlap bintang-bintang di malam hari, membuat manusia ingin menatapnya setiap saat. Gunung-gunung hijau yang menjadi paku bumi pun ikut memancarkan auranya, diiringi dengan kicauan burung-burung yang beragam warna, hingga lisan pun tidak mampu untuk menggambarkan keindahannya.  Subhanallah!!
Merenungi ciptaan Allah SWT adalah hal yang diperintahkan olehNya, agar kita selalu bersyukur atas ni'mat yang diberikanNya dan tahu atas kekuasaanNya, juga yakin bahwa tiada tuhan selain Allah SWT.
Tetapi, ketika kita mengkaji keagungan Allah SWT dalam Al-Qur'an dan merenungi lebih dalam tentang ciptaan Allah SWT, dan kejadian-kejadian yang terjadi di alam ini, kita akan menjumpai beberapa ayat Al-Qur’an yang mengindikasikan bahwa seakan penciptaan Allah SWT atas alam dan seisinya membutuhkan masa, padahal Allah SWT mampu menciptakannya hanya sekilat kejapan mata manusia, bahkan lebih cepat dari itu.

Diantara ayat yang mengindikasikan hal tersebut adalah ayat yang menerangkan tentang penciptaan bumi dan langit selama enam hari:

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ. [الأعراف: 54].

Artinya:
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam. (QS: Al-'Arof, 54).

Pada ayat lain juga menerangkan bahwa Allah SWT menciptakan langit tujuh selama dua hari:
فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ. [فصلت: 12].
Artinya:
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui. (QS: Fussilat, 12).

Begitu juga peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah bersama sayidina Abu Bakar RA yang memakan waktu cukup lama, dimana Nabi SAW dan sayidina Abu Bakar RA begitu sabar menghadapi kesusahan dan kepedian yang dijumpainya ketika di perjalanan, juga harus menahan lapar dan sebagainya. Ketika itu pula para kafir Quraisy tak henti mengejar dan mencari mereka.
Peristiwa itu juga menjadi pertanyaan, “kenapa Allah SWT tidak menghijrahkan Nabi SAW dan sayidina Abu Bakar RA ke Madinah dengan memindah mereka secara langsung, dengan secepat kejapan mata manusia, sehingga mereka tidak harus menahan pedihnya hambatan-hambatan yang menimpa mereka??, padahal sangat mudah bagi Allah SWT untuk melakukan hal itu??..”
Coba kita bandingkan peristiwa itu dengan peristiwa yang sangat masyhur dikalangan umat Islam yaitu peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Peristiwa ini memakan waktu yang sangat singkat, sampai dikatakan bahwa kecepatan peristiwa itu "ketika Nabi SAW kembali ke tempatnya semula, tempat tersebut terasa masih hangat". Hal ini jika didengar oleh non muslim, maka mereka tidak akan percaya dan akan mengatakan bahwa hal tersebut mustahil terjadi. Tetapi Allah SWT berkehendak lain, dengan kekuasaanNya, Allah SWT bisa melakukan hal itu.
Jawaban yang sangat tepat untuk semua pertanyaan-pertanyaan diatas adalah “semua yang Allah SWT lakukan dan atur, mengandung sebuah hikmah, yaitu Allah SWT mengajari kita untuk tidak selalu tergesa-gesa dalam mengerjakan hal apapun”.
Oleh karena itu ketika kita merenungi lebih mendalam tentang penciptaan alam ini dan juga kejadian-kejadian di dalamnya, maka kita tidak akan menemukan sesuatu yang diciptakan Allah SWT secara tiba-tiba, tetapi justru kita akan menyimpulkan bahwa Allah SWT tidak menciptakan sesuatu, kecuali dengan perantara dan bertahap, dan sekalipun ada itu adalah hal yang sangat sedikit terjadi.
Tetapi ingat!! itu semua bukan berarti Allah SWT tidak mampu menciptakannya tanpa perantara, Allah SWT mampu meciptakan apa saja tanpa perantara, tetapi -seperti yang saya katakan diatas- Allah SWT hendak mengajarkan manusia agar tidak terburu-buru dalam mengerjakan sesuatu.
Karena itulah Allah SWT memerintahkan orang mu'min untuk mencari wasilah untuk mendekatkan diri kepadaNya, Sehingga nantinya menjadi sebab cepat terpenuhinya hajat-hajat mereka, baik duniawi ataupun ukhrowi. Hal ini telah dipaparkan dalam Al-Qur'an, surat Al-Maidah, ayat 35:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ. [المائدة: 35].

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.
Kemudian, perantara (wasilah) apa yang dimaksud pada ayat diatas..??
Jawabannya adalah, lafadz الوسيلة pada ayat di atas bersifat universal, karena “Nakirah” ketika kemasukan “Al Ta’rif” memiliki arti 'aam (umum). Dengan demikian penulis katakan bahwa maksud wasilah pada ayat di atas adalah semua bentuk perantara yang bisa dijadikan penghubung (wasilah) dengan Rabbnya.
Dengan demikian Tawassul dengan para Nabi, para Wali dan para Sholihin masuk pada keumuman lafadz الوسيلة pada ayat di atas. Dan untuk lebih menguatkan pendapat ini, penulis akan membahas secara mendetail beserta dalil-dalilnya pada kelanjutan tulisan ini.

B.   HAKIKAT TAWASSUL
Banyak orang yang salah dalam memahami hakikat Tawassul, oleh karena itu di bawah ini penulis akan menjelaskan hakikat Tawassul: 
Pertama: Tawassul adalah salah satu metode berdo'a dan salah satu pintu bertawajjuh kepada Allah SWT.
Tujuan hakiki dalam Tawassul adalah Allah SWT. Adapun hal yang dijadikan wasilah hanyalah perantara belaka untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan orang yang beri'tikad selain itu, maka ia tergolong orang yang musyrik.
Kedua: seseorang tidak akan bertawassul dengan apapun kecuali karena memang kecintaannya terhadap wasilah tersebut, dan beri'tikad bahwa Allah SWT juga mencintainya; karena jika tidak demikian, maka niscaya ia akan menjauhinya dan membencinya.
Ketiga: orang yang bertawassul dan beri'tikad bahwa hal yang ia jadikan wasilah bisa memberi manfa'at dan madarat dengan sendirinya -sebagaimana Allah SWT-, maka ia tergolong orang yang musyrik.
Keempat: tawassul bukanlah syarat untuk terkabulnya sebuah do'a, karena sesungguhnya orang yang berdo'a langsung kepada Allah SWT, niscaya Allah SWT akan mengabulkan do'anya, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah, ayat 186: وإذا سألك عبادي فإني قريب  dan surat ghoofir, ayat 60: ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ.

C.   PEMBAGIAN TAWASSUL
Tawassul -dilihat dari segi disepakati atau tidaknya- terbagi menjadi dua, yaitu:
1.      Attawassul al-muttafaq 'alaih, adalah Tawassul yang pensyari'atannya telah disepakati oleh semua muslim, yaitu bertawassul kepada Allah SWT dengan amal sholeh, seperti puasa, sholat, membaca Al-Qur'an dll. Dan bentuk tawassul ini harapan terkabulnya lebih besar dari yang lain.
Dalil Tawassul ini adalah hadits yang menerangkan tiga orang yang terjebak dalam gua, kemudian salah satu dari mereka bertawassul dengan kebaikannya terhadap orang tuanya, dan yang kedua bertawassul dengan menjauhinya dari perbuatan keji setelah memungkinkan mengerjakan sebab-sebabnya, dan yang ketiga bertawassul dengan keamanahan dan penjagaannya atas harta orang lain dan memberikan semua harta tersebut kepadanya. Setelah itu Allah SWT memberikan jalan keluar untuk mereka.  

2.      Attawassul al-mukhtalaf fih, adalah Tawassul yang pensyari'atannya masih diperselisihkan oleh orang muslim, yaitu Tawassul dengan selain amal sholeh seperti bertawassul dengan seseorang. Seperti berdo'a dengan mengatakan: "Ya Allah saya bertawassul kepadaMu dengan NabiMu SAW" atau "dengan Abu Bakar Asshidiq" atau "dengan Umar Bin Khotthob", dll.

Bentuk Tawassul yang kedua ini tidaklah dilarang menurut kami, bahkan masuk dalam keumuman ayat di atas. Dan jika orang yang melarang bentuk Tawassul ini mau meneliti kembali, niscaya mereka akan mengakui bahwa Tawassul ini bukanlah hal yang dilarang, sehingga tidak mudah mengkafirkan orang lain, karena hakikatnya orang yang bertawassul dengan seseorang, ia bertawassul dengan amalnya sendiri, karena orang yang bertawassul kepada seseorang, itu sebab ia mencintainya dan ia beri'tikad bahwa orang yang dijadikan wasilah adalah min ahlil khoir, atau beri'tikad bahwa orang tersebut dicintai oleh Allah SWT, dan mereka juga mencintai Allah SWT, seperti firman Allah dalam surat Al-Maidah, ayat 54: يحبهم ويحبونه.
Bukankah rasa cinta dan I'tiqod tersebut adalah sebuah amal yang dinisbatkan kepadanya, yang akan dipertanggungjawabkan dan akan dibalas nantinya??, maka jelaslah bahwa tawassul yang kedua ini sebenarnya bertawassul dengan amalnya sendiri. Dan bartawassul dengan amal baik kita sendiri telah disepakati kebolehannya.

Kemudian orang yang bertawassul, dengan mengucapkan:
"Ya Allah, saya bertawassul kepadaMu dengan NabiMu SAW" atau "dengan Abu Bakar Asshidiq" atau "dengan Umar Bin Khotthob", pada hakikatnya maksud mereka adalah:
"Ya Allah saya mencintai fulan dan saya yakin bahwa dia juga mencintaiMu, dan saya yakin engkau mencintainya dan ridlo kepadanya, maka saya bertawassul kepadaMu dengan kekasih saya dan I'tiqod saya agar engkau memberikanku ini dan itu"

hanya saja mereka tidak mengatakannya secara terang, karena mereka yakin bahwa Allah SWT tentunya tahu maksud hambaNya.

Dengan demikian jelaslah bahwa perselisihan ini bukanlah perselisihan yang serius, dan perbedaan pendapat ini adalah perbedaan secara dzohir saja, karena sebenarnya dua tawassul ini sama jika kita mau menelitinya lebih mendalam.
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar